Analisis Morfologi Ulat Sagu (Rynchophorus ferrugineus)

Authors

  • Masna Masna Program Studi Biologi, Fakultas Sains, Universitas Cokroaminoto Palopo
  • Hammado Tantu Program Studi Biologi, Fakultas Sains, Universitas Cokroaminoto Palopo
  • Eka Pratiwi Tenriawaru Universitas Cokroaminoto Palopo

Keywords:

fase instar serangga, morfologi ulat sagu, Rhynchophorus ferrugineus, ulat sagu

Abstract

Ulat sagu (larva Rhynchophorus ferrugineus) merupakan salah satu bahan makanan bagi masyarakat Luwu. Ulat sagu tersebut mengandung 9,34 – 13,80 % protein dan 18,09-18,25 % lemak. Pemanenan ulat sagu umumnya dilakukan pada saat ulat sagu berada pada fase instar 5 dan 6. Oleh karena itu, morfologi ulat sagu pada setiap fase instar perlu diketahui. Penelitian ini menggunakan ulat sagu berukuran 0,3 cm dan dibudidayakan pada medium limbah pohon dan sisa ampas sagu sebanyak 2 kg. Pengamatan dilaksanakan selama 53 hari dengan rentang waktu pengamatan 3 hari sekali. Morfologi yang diamati adalah morfologi kepala, warna badan, jumlah segmen, ukuran, dan berat masing-masing ulat sagu. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa instar 1 ditandai dengan segmen tubuh yang belum terlihat jelas, instar 2 memiliki 9 segmen tubuh, tubuh instar 3 sebanyak 10 segmen, dan instar 4-6 memiliki 11 segmen tubuh. Perbedaan instar 4-6 adalah pada instar 5 bagian ekornya melengkung dengan 3 garis cokelat sedangkan pada instar 6 terdapat antena.

Downloads

Download data is not yet available.

References

[1] M. Syakir, "Pengaruh waktu pengomposan dan limbah sagu terhadap kandungan hara, asam fenolat, dan lignin", Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2010.
[2] Direktorat Jenderal Perkebunan, "Statistik perkebunan Indonesia 2018-2020: Sagu," 2019.
[3] I. N. Edrus, A. Laetimia, H. Mahu, and M. Tohulelu, "Laporan hasil pengkajian potensi dan budi daya ulat sagu," Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku, Ambon, 2007.
[4] J. R. Faleiro, "Insight into the management of red palm weevil Rhynchoporus ferrugineus Oliver based on experiences on coconut in India and date palm in Saudi Arabia," Jornada Internacional Sobre el Picudo Rojo de las Palmeras, pp. 35-57, 27-29 November 2005.
[5] S. Bustaman, "Potensi ulat sagu dan prospek pemanfaatannya," Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Bogor, 2008.
[6] T. Wikanta, "Analisa kimia kandungan gizi larva kumbang merah kelapa (Rhynchophorus ferrugineus Oliver," Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Jakarta, 2005.
[7] S. Hastuty, "Pengolahan ulat sagu (Rhynchophorus ferrugenenes) di Kelurahan Bosso Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu," Jurnal Perspektif, 1(1), pp. 12-19, Juli 2016.
[8] P. Istalaksana, "Sifat-sifat dan
kajian pemurnian minyak ulat sagu
(Rhynchophorus papuanus), Thesis,
Universitas Cenderawasih, Papua,
1994.
[9] J. B. Alfons, R. Senewe, and M. Pasireron, "Potensi, kendala dan peluang pengembangan sagu di Maluku', 2004.
[10] L. P. Deligero and H. L. Wong, Jr., "Morphometric analysis of larval instar stages of reared red palm weevil, Rhynchophorus ferrugineus (Olivier, 1790), (Coleoptera: Curcolionidae)," Southeastern Philippines Journal of Research and Development, 26(1), pp. 63-78, 2021.
[11] A. S. Kaleka, N. Kaur, and G. K. Bali, "Larval development and molting," Development, Morphology, Physiology and Behavior of Larvae, pp. 1-20, 2019.
[12] K. Sasakawa, "A novel technique for identifiying the instar of field-collected insect larvae," PlosOne, volume 8(2), pp. e57836:1-6, Februari 2013.
[13] M. N. Harris, J. J. Norzainih, and O. N. Wahida, "Morphology and histologi of digestive system of the red palm weevil larva, Rhynchophorus ferrugineus, Olivier (Coleoptera: Dryophthoridae)," 3rd International Conference on Chemical, Agricultural and Medical Sciences, 10-11 December 2015.

Downloads

Published

2023-10-28

How to Cite

[1]
M. Masna, H. Tantu, and E. P. Tenriawaru, “Analisis Morfologi Ulat Sagu (Rynchophorus ferrugineus)”, CJBS, vol. 5, no. 1, pp. 14–19, Oct. 2023.